Kamis, 30 Mei 2013

Nyanyi shubuh


Lantunan nyanyian shubuh
Lewat embun yang masih malu untuk menetes
Di bumi yang ku jejaki ini
Lewat mentari yang akan menghampiriku
Sebentar lagi
Aku menyanyi
Hanya satu lirik yang masih ku ingat
Di benak yang kemarin terasa penat
Sebentar lagi
Akan ku lantunkan nyanyian shubuh
Sebagai tanda cintaku padamu
Bahwa aku tidak pernah berpaling


Pagi buta


Ku lihat fajar mulai mengintip dari langit, namun gerimis masih saja menitik ke daratan. Aku berusaha menghapus bulir-bulir hangat yang menetes satu demi satu dari ujung bola mataku. Pagi ini, rasanya enggan ku beranjak dari mimpiku. Mimpi-mimpi dimana kebahagiaan selalu ada di sampingku. Namun, karena kelalaianku. Aku terlambat. Ketika ku terbangun. Bus yang menuju syurga telah tinggalkanku sendiri. Berjuta jam sudah tangisku menggenang di peraduan ini. Syukurku, fajar menyambut agar aku bangun dan mengejar bus itu hingga senja menyapa.

Hujan pagi hari


Gemericik air yang baru saja turun dari langit sore ini, berlomba mencari tempat pendaratannya masing-masing. Merdekalah engkau yang kekeringan, hanya demi setetes air. Berterimakasihlah engkau dengan kedatangannya. Karena senyum kini tersungging di bibirmu yang mulai memerah lagi. Dan tak lupa pula suguhkanlah do’a-do’a agar ia sering berkunjung ke negerimu. Agar engkau tak kehilangan kemerdakaan yang hakiki.

Sabtu, 25 Mei 2013

Bunga


Apalagi yang kau tunggu?
Bunga-bunga yang lain sudah bermekaran
Kumbang dan kupu-kupu telah terbang
Berkeliling ke taman-taman mencari madu
Namun sayangnya mereka tak pernah setia
Hinggap ke bunga yang satu ke bunga yang lainnya
Bunga....
Ingatlah pesan empumu
Mekarlah bunga, mekarlah bunga....
Mekarlah seperti putri malu
Agar kumbang dan kupu-kupu tau
Tak semudah itu menghisap madumu
Bunga....
Ingatlah pesan empumu
Ketika kau jauh dari tamannya
Karena tak ada taman yang lebih indah dari tamannya

kertas putihku


Kertas putihku yang malang
Ijinkan ku ukir namanya di tubuhmu
Namun, aku bimbang....
Aku akan pergi meninggalkanmu untuk beberapa waktu
Kertas putihku yang malang
Engkau terkoyak, engkau terbuang, engkau terbakar,
Engkau tersisihkan
Bagaimana namanya akan abadi, sedang kau?
Kertas putihku yang tersisih
Jangan pernah membenci
Apalagi pergi meninggalkanku
Akan ku kirim pena untuk menemani istirahatmu
Kertas putih, aku pergi.....